Definisi
Komunikasi Lintas Budaya
Komunikasi lintas budaya atau cross
cultural communication adalah bidang
studi komunikasi yang memandang bagaimana manusia yang berbeda latar belakang
budaya berkomunikasi. Titik berat komunikasi lintas budaya adalah proses
komunikasi yang terjadi dalam berbagai macam budaya yang berbeda. Komunikasi
lintas budaya merupakan “pintu gerbang” agar dapat memahami komunikasi antar
budaya atau intercultural communication. Komunikasi lintas budaya juga merupakan
bentuk komunikasi yang bertujuan untuk saling berbagi informasi di berbagai
budaya dan kelompok sosial. Hal ini digunakan untuk menggambarkan berbagai
proses komunikasi dan masalah-masalah yang secara alami muncul dalam suatu
organisasi atau konteks sosial yang terdiri dari individu-individu dari
berbagai agama, sosial, etnis, dan latar belakang pendidikan. Budaya menjadi
bagian dari perilaku komunikasi, dan pada gilirannya komunikasi pun turut
menentukan, memelihara, mengembangkan atau mewariskan budaya. Manifestasi
budaya tidak akan dapat ditransmisikan tanpa komunikasi. Oleh karena itu,
komunikasi menjadi sentral bagi keberlangsungan kehidupan budaya; tanpa
komunikasi kebudayaan jenis apapun akan mati.
Selain bahasa, komunikasi lintas
budaya berfokus pada atribut sosial, pola pikir, dan budaya dari
kelompok-kelompok yang berbeda dari orang-orang. Hal ini juga melibatkan
pemahaman budaya, bahasa, dan adat istiadat yang berbeda pula. Komunikasi
lintas budaya berperan dalam ilmu-ilmu sosial seperti antropologi, studi
budaya, linguistik, psikologi dan ilmu komunikasi. Komunikasi lintas budaya ini
juga disebut sebagai dasar untuk bisnis internasional.
Definisi
Globalisasi
Globalisasi merupakan proses
peningkatan interaksi atau hubungan antar masyarakat ke dalam satu bagian besar
dunia global yang menimbulkan efek terhadap orang-orang yang jauh sekalipun
(Smith & Baylis, 2001: 7). Dunia global yang dimaksud tersebut memiliki
cakupan yang begitu luas, seperti dalam bidang politik, ekonomi, budaya,
sosial, militer yang semakin terhubung dan saling memiliki pengaruh satu sama
lain. Dengan adanya globalisasi, maka akan terjadi lintas batas antarnegara
yang cukup bebas (Hay, 2013: 274).
Definisi dari globalisasi sendiri
dapat berbeda-beda, menurut Martin Albrow (1990, dalam Scholte, 2000: 15)
globalisasi merupakan sebuah proses yang menghubungkan tiap individu ke dalam
satu lingkup dunia. Globalisasi juga didefinisikan sebagai deskripsi hubungan
batas-silang antarnegara yang menggambarkan pertumbuhan pertukaran
internasional dan interdependensi. Globalisasi sebagai universalisasi diartikan
sebagai sebuah proses penyebaran objek dan pengalaman yang bervariasi kepada
semua orang di berbagai pelosok dunia. Dalam prosesnya biasanya Globalisasi
akan menghancurkan budaya lokal yang ada lebih dulu. Jika ditarik garis besar
dari pendapat-pendapat tersebut, maka globalisasi dapat disebut sebagai sebuah
proses di mana seluruh aspek dan elemen di dunia disatukan sehingga dunia dapat
bersatu dan terkoneksi.
Teknologi yang semakin berkembang
memungkinkan komunikasi yang semakin luas dan cepat, sehingga interaksi dapat
terjadi antara siapapun, tanpa batasan ruang dan waktu. Semakin mudahnya
komunikasi menyebabkan dimulainya sebuah proses, yang mana organisasi ruang
bertransformasi sehingga cara-cara berhubungan sosial dan bertransaksi berubah
(Held et al. 1999). Beberapa menyebut proses tersebut globalisasi.
Pengaruh Globalisasi
Terhadap Komunikasi Lintas Budaya
Di zaman milenial ini, memang
globalisasi tidak dapat di tepiskan lagi keberadaannya seakan-akan globalisasi
telah mendarah daging di setiap manusia yang ada di bumi ini. Globalisasi dari
segi teknologi, ilmu pengetahuan serta globalisasi budaya pun sekarang sudah
menjadi hal yang biasa di kalangan masyarakat internasional. Dengan berbagai
teknologi yang tercipta oleh globalisasi ini juga seakan-akan memberikan
pendekatan baru dalam komunikasi lintas budaya. Pendekatan baru yang di
ciptakan oleh globalisasi kepada komunikasi lintas budaya ialah globalisasi
infomasi.
Globalisasi
informasi merupakan sebuah komuikasi lintas budaya yang dilakukan menggunakan
berbagai media dan juga dalam jangkauan internasional. Dengan demikian kita
sebagai masyarakat globalisasi informasi harus paham akan beberapa ciri dari
globalisasi informasi yaitu :
- Masyarakat global ditandai
dengan semakin tingginya peradaban yang ditopang oleh keberadaan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
- Globalisasi informasi menembus
batas-batas budaya.
- Kemajuan teknologi komunikasi
memberikan kemudahan dan kecepatan dalam berhubungan satu dengan yang
lain, sehingga jarak tidak lagi menjadi kendala untuk dapat berkomunikasi.
Ciri-ciri
di atas menggambarkan bangaimana pengaruh globalisasi terhadap komunikasi
lintas budaya yang menjadi globalisasi informasi. Yang mana pengaruh dari
globalisasi tersebut sangat signifikan hingga menembus batas-batas budaya,
karena globalisasi tersebut menghilangkan pembatas yang ada tiap-tiap budaya
sehingga memudahkan masyarakat dalam berkomunikasi dengan cepat di
lintas-lintas budaya dunia internasional.
Dengan
semakin cepatnya arus informasi dan beragamnya media komunikasi mengantarkan
kita kepada tranformasi. Dengan munculnya masyarakat informasi, muncul pula
ekonomi informasi. John Naisbitt mengidentifikasi beberapa hal yang perlu
diperhatikan tentang perubahan masyarakat industry kemasyarakat informasi,
diantaranya :
- Masyarakat informasi merupakan
realitas ekonomi
- Inovasi dibidang komnikasi dan
teknologi computer akan menambah langkah perubahan dalam penyebaran
informasi dan percepatan informasi.
- Teknologi informasi yang baru
pertama kali diterapkan dalam tugas industry yang secara perlahan
melahirkan aktifitas dalam proses produksi yang baru.
- Didalam masyarakat informasi,
individu yang meinginkan kemampuan menulis dan membaca yang lebih bagus,
bias mendapatkan system pendidikan yang lebih bagus dari system yang
terdahulu.
- Keberhasilan atau kegagalan
teknologi komunikasi ditentukan oleh prinsip teknologi tinggi dan sentuhan
yang tinggi pula.
- Perubahan gaya hidup
(lifestyle). Teknologi yang semakin canggih memberi kemudahan dan
kebebasan kepada masyarakat untuk mengakses informasi apa saja yang ada.
- Semakin tajamnya
kesejangan atau gap antara negaraindustri dengan Negara berkembang.[1]
Dampak Globalisasi
Terhadap Penyebaran Halyu Wave di Indonesia
Hallyu
atau Korean Wave (seterusnya disebut
Korean Wave) adalah salah satu fenomena budaya Korea Selatan yang terkenal
diseluruh dunia dalam beberapa tahun terakhir. Korean Wave merupakan salah satu
brand hasil industri kreatif yang diciptakan dengan melihat peluang dalam dunia
global dengan memberikan budaya korea didalamnya . Korean Wave mampu
menciptakan sebuah pandangan positif bahwa budaya dan hiburan Korea Selatan
menarik bagi masyarakat internasional. Efek Korean Wave secara tidak langsung
dapat dilihat dari produk-produk Korea Selatan yang banyak dikonsumsi oleh
masyarakat dunia (termasuk di Indonesia), antara lain; tayangan drama, tayangan
musik K-pop, DVD, konser K-pop, fashion Korea, hingga makanan khas Korea Selatan.
Korean
Wave berangsur-angsur mendongkrak popularitas Korea Selatan. Seiring dengan peningkatan popularitas budaya
Korea Selatan, perekonomian serta citra baik Korea Selatan berangsur-angsur
mengalami peningkatan. Korea Selatan menjadi salah satu contoh negara didunia
yang mampu menjadikan aset kebudayaan sebagai salah satu sumber penghasil
pendapatan negara yang cukup besar. Hal ini juga dipengaruhi oleh berhasilnya
pemerintah korea dalam mengemas produk-produk tersebut sehingga produk korea
dapat diterima dengan mudah oleh masyarakat global, meskipun terdapat perbedaan
background budaya didalamnya.
Di
era globaliasi sekarang ini, negara-negara khususnya di kawasan Asia dapat
melakukan beragam diplomasi budaya. Hal ini tidak dapat dilepaskan dari ciri
khas budaya-budaya Asia yang menarik serta pertumbuhan ekonomi yang sangat
pesat yang dialami oleh negara-negara di kawasan Asia, salah satunya yakni
Korea Selatan yang sangat eksis dalam menyebarkan berbagai produk budaya Korean
Wave-nya, yang bahkan sudah menyebar di beberapa negara di dunia, termasuk di
Indonesia. Upaya penyebaran budaya Korea Selatan ke dunia salah satunya adalah
melalui Kementrian Kebudayaan Olahraga dan Pariwisata Korea Selatan. Kementrian
tersebut memiliki 3 institusi dibawahnya yaitu KOCCA (Korean Creative Content
Ageny) , KOCIS (Korean Culture and Information Service) , dan KTO (Korean
Tourism Organization), berkaitan dengan hal tersebut Korea Selatan berupaya
memperkenalkan kebudayaan Korea Selatan di Indonesia melalui KCCI (Korean
Culture Center Indonesia). KCCI merupakan instansi dibawah KOCIS (Korean
Culture and Information Service) dimana instansi tersebut merupakan bagian dari
Kementrian Kebudayaan Olahraga dan Pariwisata yang difungsikan sebagai saluran
komunikasi Korea Selatan dengan bangsa di seluruh dunia.
Globalisasi
merupakan isu Global yang sangat kompleks, terutama untuk negara berkembang
seperti Indonesia. Saat ini Globalisasi merupakan isu yang sama sama memiliki
keuntungan dan kerugiannya. Dalam penyebaran Halyu Wave di Indonesia,
Globalisasi memiliki peran yang sangat besar.Salah satunya adalah dengan adanya
Free Trade. Free Trade merupakan cara antara satu negara dengan negara yang
lain untuk saling bertukar produk dan resource. Disini disebutkan bahwa sebuah
negara dapat memproduksi sebuah produk spesialisasi, sehingga tiap negara
memiliki spesialisasi yang tidak saling berseberangan. Dengan adanya Free
Trade, konsumen bisa mendapatkan produk dengan harga yang lebih murah, pajak
yang lebih rendah, dan pilihan yang lebih banyak.
Pengaruhnya
sendiri terhadap penyebaran Halyu Wave di Indonesia adalah, dapat dengan
mudahnya produk produk tersebut masuk ke Indonesia, terlebih lagi hubungan
Diplomatik antara Indonesia dan Korea Selatan sudah ada sejak tahun 1966, yang
terhitung cukup lama. Halyu Wave mulai terlihat perkembangannya di Indonesia
pada tahun 2000-an yaitu pada saat mulai ditayangkannya drama Korea seperti
Winter Sonata & Endless Love yang terus dilanjutkan dengan penayangan drama
Korea lain seperti Full House, Dae Jang-Geum, Boys Before Flower, dan lain
sebagainya, kemudian mulai digemarinya musik K-pop, boyband / girlband oleh
masyarakat Indonesia, bahkan mulai bermunculan boyband / girlband di Indonesia
yang bertemakan K-pop seperti SMASH, Cherrybelle, 7icons, Dragon Boyz, Minni,
dan lain sebagainya.
Namun
tidak hanya disitu saja, Free Trade ini memiliki dampak negative terhadap
Indonesia, dengan adanya free trade produsen lokal (musik, makanan, dan produk
lain) memiliki kompetitor yang mulai bermunculan, tentu dengan kualitas yang
lebih baik. Free Trade ini lebih memberikan benefit untuk negara maju, negara
Industrial, contohnya Korea Selatan.
Pada
tanggal 4 Desember 2006, Presiden Korea Selatan Roh Moo Hyun melakukan kunjungan
ke Jakarta untuk membentuk Kemitraan Strategis. Pembentukan kemitraan strategis
tersebut mencakup kerjasama di bidang politik, keamanan, ekonomi, perdagangan,
dan sosial budaya. Pada tahun 2009,
Kedutaan Besar Korea Selatan di Jakarta membuat acara yang bertemakan
kebudayaan pada pertama kalinya, yaitu Korean Week yang bertujuan untuk lebih
memperkenalkan kebudayaan Korea Selatan di Indonesia dan menjadi sarana
diplomasi publik Korea Selatan secara resmi.
Kemudian Korean Week diadakan lagi di Jakarta pada tahun 2010 namun
dengan nama yang berbeda yaitu Indonesia – Korea Week yang diselenggarakan oleh
President Council on Nation Branding, bukan hanya kebudayaan Korea Selatan saja
yang ditampilkan melainkan juga kebudayaan Indonesia ikut serta ditampilkan
seperti salah satunya yaitu peragaan busana tradisional Korea Selatan, Hanbok,
dengan menggunakan motif batik khas Indonesia. Bahkan acara tesebut juga
mendatangkan boyband Korea Selatan terkenal kala itu, SHINee. Dengan adanya
hubungan diplomatik tersebut dan diadakannya acara Indonesian Korean Week,
pertukaran budaya terjadi dengan mudah.
Kesimpulan
Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya bahwa pengaruh globalisasi terhadap komunikasi lintas budaya ini
memang sangat erat kaitannya, dimana Dengan berbagai teknologi yang tercipta
oleh globalisasi ini seakan-akan memberikan pendekatan baru dalam komunikasi
lintas budaya. Pendekatan baru yang di ciptakan oleh globalisasi kepada
komunikasi lintas budaya ialah globalisasi infomasi. Salah satu contohnya
adalah Korean Wave yang merupakan fenomena budaya Korea Selatan yang terkenal
diseluruh dunia dalam beberapa tahun terakhir. Korea Selatan menjadi salah satu
contoh negara didunia yang mampu menjadikan aset kebudayaan sebagai salah satu
sumber penghasil pendapatan negara yang cukup besar. Dalam penyebaran Halyu
Wave di Indonesia, Globalisasi memiliki peran yang sangat besar. Salah satunya
adalah dengan adanya Free Trade, yang kemudian membuat produk-produk lokal
menjadi tersaingi. Hal tersebut tentu membuat pemerintah untuk segera mencari
solusi secepatnya agar produk lokal dan produk Korean Wave ini dapat berjalan
beriringan tanpa adanya pihak yang merasa dirugikan.
Diluar
dari dampak positif dan negatif yang ditimbulkan dari adanya fenomena budaya
Korean Wave ini, globalisasi akan tetap membawa pengaruh yang tidak dapat
dihindari oleh negara-negara berkembang seperti Indonesia, karena globalisasi
merupakan hubungan batas-silang antarnegara
yang menggambarkan pertumbuhan pertukaran internasional dan interdependensi.
Dengan adanya globalisasi ini pun, maka akan terjadi hubungan lintas batas
antarnegara yang cukup bebas. Globalisasi perlahan akan menghancurkan budaya
lokal yang sudah ada terlebih dahulu, oleh karena itu negara harus
mempertahankan dan terus mengembangkan produk lokal agar tidak terkalahkan oleh
produk luar yang masuk ke dalam negeri karena kekuatan utama untuk
mempertahankan hal tersebut ada pada negara. Apabila negara mampu menjalin
komunikasi lintas budaya untuk menjaga kebudayaan yang ada maka kebudayaan
tersebut tidak akan pernah hilang dan terlupakan.
Daftar Pustaka
Collins,
Mike. The Pros And Cons Of Globalization.
https://www.forbes.com/sites/mikecollins/2015/05/06/the-pros-and-cons-of-globalization/#6f2b1098ccce.
Diakses pada 15 April 2018 Pukul 8:14 PM
Pettinger,
Tejvan. Cost and benefits of
Globalisation. https://www.economicshelp.org/blog/81/trade/costs-and-benefits-of-globalisation/.
Diakses pada 15 April 2018 Pukul 8:14 PM
Jeong,
Jae-Seon., Lee, Seul-Hi., & Lee, Sang-Gil. (2017). International Journal of
Comunication. When Indonesian Routinely
Consume Korean Pop Culture: Revisiting Jakartan Fans of the Korean Drama Dae
Jang Geum.
Wiloso Pamerdi Giri, dkk.
(2012). Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Salatiga: FISKOM PRESS UKSW Salatiga. Di
akses pada tanggal 14 april 2018
[1] Wiloso
Pamerdi Giri, dkk. (2012). Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Salatiga: FISKOM PRESS
UKSW Salatiga. Di akses pada tanggal 14 april 2018
0 comments
Click here for commentsContact US Show EmoticonHide Emoticon