PEGARUH BRICS (BRAZIL, RUSIA, INDIA,
CHINA, SOUTH AFRICA) TERHADAP PEREKONOMIAN TIONGKOK
Pendahuluan
ALASAN PEMILIHAN JUDUL
BRIcs merupakan salah satu kerjasama
internasional dalam bidang ekonomi yang di bentuk oleh 5 negara yang notabene
perekonomiannya sedang meningkat pesat. Dengan perekonimian cina yang berada di
peringkat kedua dunia saat ini, bagaimana cara cina menjadi sebagai negara
anggota BRICS dalam mengatasi problematika ekonomi global. Karena yang kita
ketahui sendiri bahwa negara anggota BRICS merupajan negara yang
perekonomiannya belum stabil. Sehingga dengan adanya BRICS ini cina mampu
menguasai perekonomian global dan mengalahkan hegemoni AS di dunia. BIRCS
memunyai 5 anggota utama Yang mana negara tersebut yaitu Brazil, Rusia, India,
China, dan afrika selatan. Negara-negara tersebut tergolong kedalam negara
berkembang, hingga mempunyai tujuan yang sama untuk mengalahkan hegemoni
negara-negara terkaya yang ada pada masa sekarang. Dengan demikian , Alasan
pemilihan judul ini penulis ingin meneliti lebh jauh, manfaat atau keuntungan
yang telah di terima oleh china ketika sebagai anggota dari BRICS. Dan
bagaimana peran cina dalam menjalankan tugas dan wewenang sebagai anggota
BRICS. Juga cina telah mendapatkan banyak keuntungan ekonomi setelah bergabung
dan menjalankan tugasnya di BRICS.
LATAR
BELAKANG
Perkembangan pada era pasca Perang
Dingin di dunia internasional mulai bergeser dari yang sebelumnya negara-negara
berfokus untuk menjaga stabilitas politik dan keamanan, kini telah mengalami
perubahan ke arah ekonomi. Hal ini yang mendorong munculnya
isu-isu dalam ekonomi
politik internasional. Terdapat
beberapa persoalan penting yaitu, hubungan antara politik dan ekonomi, pembangunan
dan keterbelakangan di dunia ketiga, dan sifat luasnya globalisasi ekonomi.
Dalam konteks tersebut, liberalisme ekonomi diimplementasikan dalam bentuk
kerjasama ekonomi baik bilateral maupun multilateral. BRICS (Brazil, Rusia,
India, China, dan South Africa) merupakan kekuatan global yang sedang tumbuh
(new emerging global powers). Menurut Jim O'Neill dari Goldman Sachs, alasan
didirikannya kelompok tersebut karena pada tahun 2050
gabungan ekonomi negara-negara
ini diprediksi akan mampu mengalahkan negara-negara
terkaya yang saat
ini ada di
dunia.
Dalamhal ini tiongkok sebagai negara
dengan perkembangan ekonomi yang sangat pesat, tentu selalu mengambil peluang
yang ada demi menumbuhkan ekonominya. Pada saat ini pertumbuhan ekonomi Tiongkok
yang terus melaju pesat membuat dominasinya dalam BRICS semakin kuat. Ukuran
dan kekuatan nasional Tiongkok menjadi semacam hegemoni yang tak dapat terhindarkan
dalam BRICS. Dominasi Tiongkok dalam forum ini dapat dilihat melalui berbagai
aspek. Salah satunya dan yang paling mencolok adalah Growth Domestic Product
(GDP) Cina yang melebihi $1,5 trilyun, lebih banyak dari output ekonomi gabungan
empat negara BRICS lainnya. Tiongkok menyumbang 40% dari seluruh pertumbuhan
global selama lima tahun sejak tahun 2008.
Cina memang memiliki posisi teratas
dalam hal kemajuan ekonomi di antara anggota BRICS. Dapat dikatakan bahwa
keempat negara BRICS yang lain memiliki banyak masalah internal dalam bidang
ekonomi. Contohnya, Brazil terbayang-bayang oleh depresi pasca penyelenggaraan
Piala Dunia 2014. Afrika Selatan terus mengalami perlemahan pertumbuhan ekonomi
dalam beberapa tahun terakhir. Sementara itu, ketergantungan besar pada sumber
daya alam dan konflik berkelanjutan di Ukraina dapat membawa dampak ekonomi
yang buruk bagi Rusia. India masih menghadapi permasalahan infrastuktrur.
Tiongkok pada dasarnya tidak memiliki
pandangan yang sama dengan negara-negara BRICS lainnya ketika membicarakan tentang
keinginan mereformasi lembaga keuangan global. Hal ini dikarenakan dengan
sistem Bretton Woods yang ada saat ini Tiongkok telah bisa meraih pencapaian
besar hingga berhasil menjadi salah satu kekuatan ekonomi dunia. Juga,
sebenarnya Tiongkok ingin tetap menjadi sebagai satu-satunya negara Asia yang
duduk di kursi tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Namun
dengan heterogenitas kawasan asia dan perbedaan idealism, Tiongkok berhasil
menguasai pasar asia dengan produk-produknya.
Rumusan masalah
Dengan demikian penulis menarik
sebuah rumusan masalah BAGAIMANA PEGARUH
BRICS (BRAZIL, RUSIA, INDIA, CHINA, SOUTH AFRICA) TERHADAP PEREKONOMIAN
TIONGKOK DI TAHUN 2013-2015?
Kerangka teori
Kepentingan Cina dan fenomena BRICS saat
ini dapat dianalisis dengan pendekatan sistem. Tingkah laku Cina dapat
diintepretasikan secara multitafsir karena tidak semua yang menjadi keinginan
sebenarnya tercermin dari diplomasi atau pencitraan yang ia jalankan. Apabila
menggunakan pendekatan reduksionis, kita akan menemukan banyak sekali
kepentingan Cina, karena setiap kebijakan diterjemahkan sebagai memiliki
kepentingannya sendiri, yang kemudian mempersulit kita dalam menemukan benang
merah kepentingan Cina yang paling hakiki. Teori ini membantu memahami kepentingan
Cina sesungguhnya karena Cina sebenarnya tidak jauh berbeda dari unit (negara)
yang lain, yang mempersepsikan dunia sebagai lingkungan yang anarkis sehingga
mereka punya kepentingan untuk (paling minimal) mempertahankan kemampuan
bertahan hidup dengan meningkatkan kekuatan relatifnya.
Menganalis tentang BRICS, bagi para
peneliti yang menggunakan pendekatan reduksionis atau behavioral, mereka akan
terjebak pada penjelasan sebatas BRICS merupakan kerja sama yang memberikan
keuntungan ekonomi kepada negara-negara anggota. Pendekatan pada level unit
tidak akan mampu menganalisis bahwa BRICS merupakan fenomena yang kerap terjadi
dalam sistem politik internasional yang anarkis (sebagai upaya balancing secara
kolektif negara-negara anggota, akan dijelaskan selanjutnya) dan tidak akan
mampu menjelaskan seperti apa implikasi BRICS bagi AS sebagai hegemon dalam
sistem internasional saat ini. Dalam pandangan neorealis, kerja sama
internasional, yang sifatnya fleksibel dan sementara, dimungkinkan karena
negara tersebut berpikir akan mendapat keuntungan relatif dari suatu kerja sama
dengan aktor lain.12 Kerja sama BRICS
dimungkinkan karena factor di atas. Negara-negara BRICS berpikir bahwa mereka
akan mendapatkan keuntungan relatif dari kerja sama tersebut, seperti
keuntungan perdagangan, keuntungan status dalam berbagai perundingan, pengaruh
yang lebih luas di negara-negara berkembang, dan kemampuan menahan hegemoni AS.
Namun perspektif neorealisme, keefektivitasan
suatu kerjasama internasional tidak dapat dijamin karena pada akhirnya
negara-negara anggota adalah negara-negara yang mementingkan diri mereka
sendiri. Itulah mengapa neorealisme memandang bahwa tidak ada kerjasama yang
abadi, ia hanya sementara dan memiliki kemungkinan tidak efektif.
Di dalam teori sistem, penjelasan tentang
tingkah laku dan hasil dari tingkah laku suatu negara dapat ditemukan dalam
struktur yang ada di dalam sistem tersebut, yakni di mana letak suatu negara
dalam struktur sistem politik internasional. Struktur mempengaruhi tingkah laku
aktor dalam sistem dengan cara yang tidak langsung, yakni dengan membatasi
kebebasan tingkah laku unit-unit yang ada di dalamnya sehingga akibat dari
tingkah laku tersebut dapat diprediksi. Dalam politik internasional,
kejadian-kejadian penting sangat ditentukan oleh kekuatan-kekuatan besar dalam
struktur.13 Dalam konteks BRICS, negaranegara anggota membangun kerjasama untuk
menahan hegemoni AS14 karena posisi mereka di dalam struktur sebagai great
powers.15 Sebagai great powers, negara-negara anggota BRICS memiliki
kepentingan agar AS tidak terlalu dominan dalam sistem internasional sehingga
mereka perlu membangun kerja sama untuk mengimbangi (balancing) dan menahan
hegemoni AS
Hubungan ekonomi BRICS di atas tidak
terlepas dari yang namanya kerjasama internasonal dan juga tidak terlepas dari
kepentingan nasional yang luar biasa besar. Jadi hubungan kerjasama selalu
menjadi pilihan yang tidak pernah ditinggalkan oleh aktor-aktor hubungan
internasional. Hukum internasional, organisasi internasional, hubungan ekonomi
dan diplomasi adalah empat metode negara untuk selalu berusaha mengkordinasikan
hubungannya secara konstruktif. Negara-negara menggunakan keempat hal tersebut
untuk meningkatkan dan memfasilitasi interrelasi politik dan ekonomi mereka.
“Kerjasama merupakan suatu usaha antara
orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan
bersama.terjadinya kerjasama dilandasi oleh adanya kepentingan yang asama
dimana landasan tersebut menjadi pijakan untuk memecahkan berbagai permasalahan
secara bersama-sama melalui suatu mekanisme kerjasama. Dalam melakukan suatu
kerjasama harus ada iklim yang menyenangkan dalam pembagian tugas serta balas
jasa yang akan dibawa” (Soekanto, 1990: 72).
Dalam konstelasi Hubungan Internasional
dewasa ini kerjasama internasional merupakan suatu keharusan yang wajib
dilakukan oleh setiap Negara untuk menjamin kelangsungan hidup berbangsa dan
bernegara dalam forum internasional.
“Kerjasama Internasional terjadi karena ‘nation understanding’ dimana mempunyai
arah dan tujuan yang sama, keinginan di dukung oleh kondisi internasional yang
saling membutuhkan kerjasama itu didasari oleh kepentingan bersama di antara
Negara-negara namun kepentingan itu tidak identik” (Kartasasmita, 1998: 3).
. Kerjasama internasional sendiri merupakan proses utama dan interaksi
internasional. Kerjasama internasional pada hakekatnya dapat dibedakan dalam
empat bentuk, yaitu:
1. Kerjasama Multilateral
Hakekat
dan kerjasama internasional yang universal (global) adalah memadukan semua
bangsa di dunia dalam suatu wadah yang mampu mempersatukan mereka dalam
cita-cita bersama dan menghindari konflik internasional.
2.
Kerjasam Regional
Merupakan kerjasama anta negara yang
berdekatan secara goegrafis kerjasama jenis ini merupakan gagasan yang mulai
dikenal pada awal abad ke 19.
3.
Kerjasama Fungsional
Dalam kerjasama fungsional, negara-negara
terlibat masing-masing diasumsikan mendukung fungsi tertentu, sehingga kerjasama
tersebut akan melengkapi berbagai kekurangan pada masing-masing negara.
4.
Kerjasama ideologi
Kerjasama ini merupakan alat dari suatu
kelompok kepentingan untuk membenarkan tujuan dari perjuangan kekuasaannya.
Ada tiga motif dalam melakukan suatu kerjasama
internasional, yaitu:
(Toma & Gorman, 1991: 384).
1.
Meningkatkan kepentingan nasional
2.
Memelihara perdamaian
3.
Meningkatkan kesejahteraan ekonomi
Kerjasama
internasional dilaksanakan guna meningkatkan hubungan bilateral antara dua
negara untuk mencapai tujuan nasionalnya. Untuk meningkatkan hubungan bilateral
antara negara-negara maka perlunya suatu kerjasama internasional yang baik dan
adanya saling pengertian dan dalam konstelansi hubungan internasional dewasa
ini merupakan keharusan yang wajib dilakukan oleh setiap Negara untuk menjamin
kelangsungan hidup berbagnsa dan bernegara tanpa mengabaikan kedaulatan dan
hak-hak dari negara lain.
PEMBAHASAN
Terbentuknya BRICS
BRIC merupakan akronim yang diperkenalkan
oleh Jim O’Neill dari Goldman Sachs, sebuah perusahaan perbankan dan investasi
global, pada tahun 2001 di dalam artikelnya yang berjudul “The World Needs
Better Economic BRICs.” Akronim ini digunakan untuk menunjuk Brazil, Rusia,
India, dan Cina sebagai negara yang memiliki perekonomian yang sedang bertumbuh
pesat dan merupakan tempat yang baik bagi para pebisnis dan investor. Latar
belakang diperkenalkannya BRIC adalah untuk menstimulasi dunia investasi yang
stagnan pasca 9/11 dan perekonomian G7 (Amerika Serikat (AS), Inggris,
Perancis, Jerman, Italia, Kanada, dan Jerman) yang telah jenuh. Menariknya,
istilah BRIC ini kemudian tidak hanya dipakai secara eksklusif oleh dunia
perbankan dan investasi, namun juga oleh para pemimpin negara, akademisi,
jurnalis, dan lainnya. BRIC yang dua belas tahun lalu hanyalah sebuah akronim
tanpa substansi politik, saat ini telah berkembang menjadi sebuah kerja sama
multilateral antara negara-negara tersebut.
Akronim BRIC mulai diberi signifikansi
makna ketika para menteri luar negeri BRIC untuk pertama kalinya berkumpul di
New York pada bulan September 2006. Pada
bulan Mei 2008, para utusan diplomatik negara-negara ini bertemu di
Yekaterinburg, Rusia, disusul dengan pertemuan tinggi formal yang pertama pada
bulan Juni 2009, juga di Yekaterinburg. Pada pertemuan perdana ini,
pemimpin-pemimpin BRIC berfokus membahas antara lain perbaikan situasi
perekonomian global, reformasi institusi-institusi finansial, dan bagaimana
negara-negara berkembang dapat lebih berperan di dalam urusan internasional.
Setelah Afrika Selatan masuk menjadi anggota pada tahun 2010, yang mengubah
akronim BRIC menjadi BRICS, sampai bulan Maret 2013 BRICS telah mengadakan lima
kali pertemuan tingkat tinggi.
Pengaruh BRICS terhadap china
Fenomena BRICS ini sangat menarik apabila
dikaitkan dengan Cina, mengingat BRICS merupakan salah satu prioritas tertinggi
dari politik luar negeri Cina saat ini. Dengan BRICS, Cina ingin menyatukan
kekuatan kolektif negara-negara anggota untuk menaikkan profil dan pengaruh
mereka di dunia internasional, lebih mendemokratisasikan tatanan dunia, dan
menahan perluasan pengaruh hegemoni AS.5 Mengingat Cina semakin besar
pengaruhnya di dalam politik internasional, kebijakan luar negeri negara ini
yang menempatkan kerja sama BRICS sebagai salah satu prioritas utama menarik
untuk disimak lebih lanjut. Semakin
besarnya pengaruh Cina dalam percaturan politik internasional tidak terlepas
dari prestasi ekonomi, kekuatan militer yang semakin solid, dan promosi
kebudayaan Cina yang semakin intensif. Saat ini, dengan PDB (Produk Domestik
Bruto) sebesar $7,3 trilyun, Cina berada di peringkat negara terkaya di dunia
setelah AS dan terus bertumbuh. Standard Chartered dan Goldman Sachs
memprediksikan besaran ekonomi Cina akan melampaui besaran ekonomi AS sebelum
pertengahan abad ke-21 dan resmi menjadikan ia negara dengan perekonomian
terbesar di dunia menggantikan AS.
BRICS akhirnya memutuskan mendirikan Bank
Pembangunan sendiri menyaingi Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia.
Bagi china, dimasukkannya rencana pendirian bank itu dalam pertemuan ke-6 BRICS
di Brasil merupakan kesempatan utama untuk meningkatkan kemandirian ekonominya
dari dominasi Barat. Bagi china, pendirian Bank Pembangunan BRICS senilai 100
USD dan cadangan devisa (Contingent Reserve Arrangement/CRA) senilai 100 USD
lagi merupakan kudeta politik, terhadap kemapanan ekonomi dunia dibawah kendali
Bank Dunia dan IMF.
Pendirian CRA dan Bank Pembangunan yang
direncanakan bernama New Development Bank (NDB) ini akan berhadapan langsung
dengan dominasi IMF yang mempunyai aset 300 miliar USD dan Bank Dunia 490
miliar USD. Keduanya, selama ini, dinilai terlalu didominasi oleh ekonomi
Amerika serikat beserta mata uangnya. China, seperti yang diungkapkan oleh Li
Baodong, Deputi Menteri Luar Negeri, sangat mendukung Bank Pembangunan BRICS
secepat mungkin untuk membuat jaring pengaman di BRICS. Sementara itu,
negara-negara berkembang juga sudah terlanjur sering galau atas ulah Kongres AS
yang selalu menolak penambahan dana di IMF untuk membantu negara-negara yang
mengalami masalah ekonomi.
Negara-negara BRICS melihat momen ini
sebagai kesempatan memajukan ekonomi masing-masing. Salah satunya adalah Cina,
melihat momen ini sebagai peluang bagi pembiayaan di negara-negara berkembang,
sebab krisis ekonomi di negaranegara berkembang, berimbas pada melemahnya
ekonomi Cina. Para pemimpin BRICS
bersikeras bahwa kelompok ini akan menjadi sebuah kekuatan perubahan. Presiden
Xi Jinping, menggaris bawahi semakin pentingnya bagi Cina untuk melekatkan diri
dengan BRICS, dan karena itu menjadikan Durban sebagai tujuan pertamanya
sebagai kepala Negara, meski dia mengakui bahwa kelompok Negara kekuatan
ekonomi baru itu masih akan menempuh jalan panjang. Kekuatan BRICS mencapai 25
persen dari output ekonomi global dan 40 persen dari populasi dunia.
Pada KTT BRICS tahun 2016, Xi Jinping
menekankan bahwa Cina akan bergandengan tangan dengan negara-negara BRICS untuk
merumuskan cetak biru yang baru, karena corporate capitalism dianggap gagal,
hanya menimbulkan kesenjangan sosial, dan ketidakadilan politik dan ekonomi.
Di saat yang sama, hadir tren Nasionalis
Populisme, dan juga protes terhadap kapitalisme global, serta sistem demokrasi
Liberal.
Xi Jinping menegaskan bahwa pemulihan
pertumbuhan ekonomi dunia masih rapuh. Perdagangan dan investasi global tetap
lesu, kontradiksi yang mengakibatkan krisis moneter global, dan masih jauh dari
penyelesaian. Cina menjadi Ketua BRICS di tahun 2017.
Xi Jinping menekankan, Cina menantikan
upaya bersama semua pihak untuk melaksanakan kesepahaman yang tercapai dan
meningkatkan hubungan kemitraan guna membuka lembaran baru kerjasama BRICS.
Untuk menghadapi tantangan-tantangan
pemulihan pertumbuhan ekonomi dunia yang masih rapuh, perdagangan dan investasi
global masih tetap lesu, kontradiksi yang mengakibatkan krisis moneter
internasional masih jauh dari penyelesaian, Xi Jinping mengajukan lima butir usulan:
- Terus mendorong
reformasi struktural, memperbarui pola pertumbuhan, dan membina ekonomi
jenis terbuka.
- Terus
meningkatkan dialog Selatan–Utara, dan kerjasama Selatan–Selatan guna
mendorong ekonomi global, mewujudkan pertumbuhan yang kuat, seimbang, dan
inklusif.
- Negara-negara
BRICS hendaknya bergandengan tangan dalam menghadapi masalah-masalah
global, termasuk bencana alam, perubahan iklim, epidemi menular, dan
terorisme dengan harapan dapat memberikan sumbangan bagi ketenteraman
masyarakat internasional dalam jangka panjang.
- Terus
meningkatkan representasi dan hak suara negara-negara New Emerging
Marketdan negara-negara berkembangan guna mendorong pembinaan hubungan
antar negara tipe baru yang kooperatif dan menang bersama.
- Berupaya
mengembangkan dan memelihara dua mekanisme, yaitu Bank Pembangunan BRICS,
dan Traktat tentang Pembentukan Reserve Darurat atau Treaty for the
Establishment of a BRICS Contingent Reserve Arrangement dalam rangka
memberikan jaminan kuat bagi perkembangan ekonomi negara-negara
berkembang.
Bagi Cina, keterlibatannya dalam BRICS membawa beberapa manfaat dan
kesempatan yang potensial. Yang pertama, grup transnasional ini mengizinkan
Cina untuk meningkatkan hubungan multilateralismenya dengan kesempatan untuk
berpartisipasi lebih luas dalam jangkauan global. Kedua, BRICS menyediakan
kesempatan bagi Cina untuk memperkuat klaim bahwa ia adalah aktor global yang
bertanggung jawab. Ketiga, BRICS memungkinkan Cina untuk memperkuat identitas
gandanya sebagai negara berkembang yang mendedikasikan diri pada kerja sama
Selatan-Selatan, sekaligus sebagai negara rising power yang sedang
memperjuangkan reformasi global governance. Pada akhirnya, hubungan intra-BRICS
yang semakin dalam memudahkan Cina untuk meningkatkan ikatan perdagangan dan
investasi dengan negara-negara di kawasan. Cina juga kemudian menjadi aktor
global yang memiliki pengaruh lebih dalam mengenai bagaimana pembangunan internasional
seharusnya ditangani.
Tidak hanya memberikan dampak positif bagi
china, sesama anggota BRICS pun mendapatkan keuntungan dari kerjasama
anggotanya. Pada tahun 2002, omset perdagangan sesama anggota BRIC mencapai
US$20 miliar. Jumlah ini mengalami peningkatan yang signifikan. Pada tahun 2012, omset perdagangan sesama
anggota BRICS mencapai US$282 miliar (Noury, 2013). Pada tahun 2012 menunjukan
laju pertumbuhan ekonomi BRICS rata-rata GDP mencapai 4% pada saat
Negara-negara kelompok perekonomia-perekonomian maju (G7) hanya berhenti di
angka yang tidak seberapa yaitu 0.7%. Selain itu dalam hal investasi, Afrika selatan menjadi sasaran investasi
BRIC, khususnya China yang berinvestasi sebesar 115 miliar dollar AS sejak
tahun 2010-2013, investasi ini merupakan investasi terbesar di wilayah Afrika
Selatan. (Noury, 2013).
KESIMPULAN
Dengan penjelasan penelitian di atas
tersebut, dapat di simpulkan bahwa BRICS memang bisa mendulang perekonomian
lebih maju. Dilihat dari segi kerjasama ekonomi yang di jalankan semakin banyak
dan berkembang ke seluruh negara-negara berkembang di dunia. Dan juga BRICS ini
di prediksi akan mengalahkan eksistensi amerika, sehingga ini peluang terbsesar
cina dalam membangun perekonomian dan
mengalahkan amerika serikat.
Dengan peluang brics ini Cina medapatkan
banyak keuntungan, dengan lebih terkenalnya mata uang yuan sebagai alat tukar
di saat melakukan kerjasama ekspor yang terjadi di setiap negara. Dan juga
china dengan brics berharap mengalahkan eksistensi negara amerika dengan imf
nya yang masih memperngaruhi kedaulatan negara-negara berkembang. China juga
dapat lebih mudah menjalin kersamana ekonomi dengan negara-negara berkembang
yang masuk kedalam organisasi BRICS.
Ahmad Syaifuddin Zuhri, (2013). BRICS dan
Kekuatan Baru Ekonomi Global, 04 Mei 2013.
Andreas Becker/Carissa Paramita, BRIC Belum
Mampu Pimpin Ekonomi Global, www.dw.de/bric-belum.../a-15653554 Anwar Shaikh
(ed), (2007).
Globalization and the Myth of Free Trade:
History, Theory and Empirical Evidence. New York: Routledge. Mirza Adityaswara,
BRICS, E-7, dan Indonesia, Kompas.com, 27 April 2011. Muhammad Ridha, “Memahami
BRIC” www.academia.edu/.../Memahami_BRI.. Prabhat Patnaik, (2009). A Perspective on the Growth Process in India
and China, dalam The IDEAs Working Paper Series Paper No. 05. Robert Rowthorn and
Ramana Ramaswamy, (1997). Deindustrialization: Cause and Implication, dalam
Working Paper of International Monetary
Fund (IMF).
0 comments
Click here for commentsContact US Show EmoticonHide Emoticon